Bertemu Kawan Lama


Malam itu Mellisa begitu merasakan kehancuran dihatinya. Ia merupakan anak yatim piatu. Seluruh harta warisan peninggalan orang tuanya dikelolah oleh bibinya. Seluruh kebutuhan Mellisa dicukupkan oleh bibinya Rista. 

Mellisa merupakan seorang sarjana yang masih menikmati pahitnya kata 'pengangguran'. Walau pun semua kebutuhan materilnya terpenuhi, namun kebutuhan rohaninya begitu terasa kosong karna satu kata itu.

Seorang sarjana dari perguruan tinggi negeri yang bergengsi dan peraih predikat cumlaude. Semua kebanggaannya luntur dengan predikat pengangguran yang ia sandang hampir setahun ini. Ia merasakan depresi dalam pikirannya. Rasa iri terhadap teman-temannya yang tidak berprestasi sama sekali namun bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Pertanyaan bertubi-tubi dari tantenya pun membuat ia semakin tertekan. Hidup seperti menyepelekan dirinya.






Malam itu Mellisa dengan depresi yang ada dipikirannya memutuskan untuk membuang semua rasa penat dikepalanya itu. Ia pergi ke club malam, tempat yang sebelumnya tidak pernah ia datangi. Ia berjanji untuk masuk ke tempat itu bersama sahabatnya Anna. Namun akhirnya, Mellisa memutuskan untuk masuk terlebih dahulu. Suara dentuman musik yang keras masih terasa tidak

Anna yang masih sibuk dengan pekerjaannya tak kunjung terlihat. Hingga pada

nyaman di kuping Mellisa. Ia yang tidak pernah ketempat ini merasa risih dengan semua yang ada.


Ia memilih untuk duduk kursi yang ada di bar sembari untuk menunggu siena. Ia memalingkan wajahnya melihat pria yang sedari tadi duduk disampingnya. Matanya langsung berhenti dan tak berkedip saat mata pria itu juga menatap nya langsung.


"Ian?"
Tanyanya memastikan. Lelaki itu mengernyitkan dahinya.

"Mel?" Ucapnya kaget.

"Yan, apa kabar?" Sapa Mellisa ramah. Akhrinya mereka


pun bercengkrama.

Selang beberapa menit kemudian..


"Yan, kepala gue sakit" rengeknya sambil menyenderkan tubuhnya pada Ian. "Kan udah gue bilang tadi jangan diminum!" Omel Ian. "Gue kira air putih" ucapnya dengan tingkat kesadaran Yang rendah. "Udah yuk, gue anter lo pulang!" Ucap Ian kemudian memapah wanita itu keluar kemudian memapah wanita itu keluar.

Ian yang sedang menyetir berusaha Untuk membangunkan wanita yang sedang mabuk itu. "Hey.. Mel.. rumah lo dimana?" Tanyanya namun tak direspon. "Duh, ni anak kehilangan kesadaran lagi" gumam Ian.

"Emmhh,, panas banget sih.." rengek Mellisa sambil membuka kancing baju teratasnya. Mata Ian langsung membulat. "Eh eh lo mau ngapain? Ini masih dijalan raya" ucap Ian cemas.

"Panas.." gumam Mellisa yang masih menutup matanya.

Dari sudut pandang Ian, terlihat bra Mellisa terekspos di sela bajunnya. Ian menahan nafasnya dan berusaha menutupinya. Namun saat tangan itu ingin meraih baju Mellisa, tangannya malah ditarik oleh Mellisa dan ditempatkan tempat pada payudara Mellisa. Membuat Ian harus menahan nafasnya.

Ian berusaha menarik tangannya, namun tangan itu terus di tahan Mellisa. Hingga pada akhirnya Mellisa sendiri yang menghempaskan tangan itu karna merasa gerah. "Aduh ini cewek ya.." gerutu Ian. "Mau gue kemanain cobak? Ya gk mungkin gue bawak pulang, bisa disate gue sm bokap" omel Ian.

Hingga akhirnya Ian memutuskan membawa Mellisa kesebuah hotel.

Ian membaringkan Mellisa diatas ranjang dan menyelimutinya. "Gue pergi ya Mel.." ucapnya lalu berdiri.

"Yan.." suara itu pun membuat Ian menghentikan langkahnya.

Ian kembali duduk diatas ranjang empuk itu.


Terlihat Mellisa yang mulai duduk dengan mata sayunya. "Aku haus.." rengeknya. Ian menggaruk kepalanya melihat kanan kirinya. Ian mengambil air mineral dalam

kemasan cup yang terletak di meja. Ia memberikannya kepada Mellisa dan membantu wanita itu minum. Mellisa meminum air itu sampai kandas.


Tiba-tiba Mellisa berdiri tepat dihadapan Ian yang sedang duduk. Bra Mellisa yang terekspos langsung berhadapan di depan wajah Ian. Membuat sesuatu yang sedari tadi Ian tahan bangkit dengan tak kuasa. Tiba-tiba Mellisa berdiri
tepat dihadapan Ian yang sedang duduk. Bra Mellisa yang terekspos langsung

berhadapan di depan wajah Ian. Membuat sesuatu yang sedari tadi Ian tahan bangkit dengan tak kuasa.

"Yan, jangan pergi ya.." ucap Mellisa manja. Membuat pria itu semakin menegang.






Tiba-tiba Mellisa mendorong tubuh pria itu hingga ia tergeletak di atas ranjang king size tersebut. Mata Ian terbelalak saat Mellisa ikut meringsut diatas tubuhnya. "Mel, lo nggak sadar.." ucap Ian masih menahan nafsunya yang telah berhasil di bangkitkan Mellisa sejak tadi. "Please.." ucap Mellisa sambil mengusap lembut wajah Ian. Membuat tubuh Ian semakin menegang.





Ian menghela nafas frustasi. "Lo yang ngundang ya.." ucap Ian kemudian memutar tubuh mereka. Kini posisi Ian sudah berada diatas tubuh Mellisa. Ian memandang Mellisa dengan penuh hasrat. Tanpa membuang banyak waktu, langsung saja Ian menngecup bibir Mellisa dengan ganasnya. Hasratnya yang bergejolak sungguh tak sanggup untuk ia tahan lagi.




Comments

Popular Posts